Rindu, kangen, ingin bertemu, atau apalah itu...
Bagai detak detik jarum jam yang berbalik arah waktu ini berjalan...
Menunggu bagai neraka karena lelah yang tak berbatas...
Pulang! Iya, aku ingin pulang ke pelukanmu...
Suaramu, tatap matamu, senyummu, dan tentu saja pelukmu, itu yang membuatku buru-buru ingin pulang...
Ah, rasa mau mati menahan rindu...
Kalau saja bisa melompat waktu, kalau saja bisa menghapus tahun dan berlari meninggalkan hari, pasti kita bisa bertemu...
Sound of Change
Rabu, 27 Juli 2016
Kamis, 14 Juli 2016
Maaf, Aku Tak Bisa Minta Maaf
Untukmu yang sedang bersanding...
Maaf kalau aku tak senang...
Aku ingin kamu, walau kau miliknya...
Hatiku memilih, bukan aku jahat...
Dalam doa pintaku jahat, kau selesai dan jatuh di pelukanku...
Senyum palsu di bibirku saat melihat kau berdua bersamanya....
Cemburu? Tidak, ini bukan kecemburuan...
Hanya aku dan kamu, bukan kamu dan dia...
Lekas selesaikan hubunganmu, dan datang padaku karena aku juga sayang padamu...
Maaf kalau aku tak senang...
Aku ingin kamu, walau kau miliknya...
Hatiku memilih, bukan aku jahat...
Dalam doa pintaku jahat, kau selesai dan jatuh di pelukanku...
Senyum palsu di bibirku saat melihat kau berdua bersamanya....
Cemburu? Tidak, ini bukan kecemburuan...
Hanya aku dan kamu, bukan kamu dan dia...
Lekas selesaikan hubunganmu, dan datang padaku karena aku juga sayang padamu...
Minggu, 10 Juli 2016
Kota Rindu dan Kenangan
Kota yang terbuat dari rindu dan kenangan
Ya, itu kata temanku....
Kota yang terus memanggil dan meminta kita untuk datang lagi, itu menurutku....
Sekejap datang, namun butuh waktu lama untuk melupakan....
Jogja... Jogja... begitu orang menyebutmu
Keramahan di setiap sudut kotamu....
Senyum yg terlempar di bibir para penjaja makanan....
Kota yang berisi ribuan perantau dan mahasiswa....
Semua yang datang pasti ingin datang lagi untuk berjumpa denganmu, Jogja....
Ya, itu kata temanku....
Kota yang terus memanggil dan meminta kita untuk datang lagi, itu menurutku....
Sekejap datang, namun butuh waktu lama untuk melupakan....
Jogja... Jogja... begitu orang menyebutmu
Keramahan di setiap sudut kotamu....
Senyum yg terlempar di bibir para penjaja makanan....
Kota yang berisi ribuan perantau dan mahasiswa....
Semua yang datang pasti ingin datang lagi untuk berjumpa denganmu, Jogja....
Sabtu, 02 Juli 2016
Perjalanan ke Riam Dait
Saya dan dua orang teman mencoba mendatangi tempat yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Bermodalkan rasa penasaran dengan foto-foto yang beredar di internet, kami pun ingin melihat tempat tersebut secara langsung.
Rabu, 22 Juni 2016 kami pun berangkat ke Ngabang. Tempat yang akan kami tuju tersebut bernama Riat Dait yang memakan waktu kurang lebih 3 jam dari Kota Ngabang.
Rabu pagi kami berangkat dari Pontianak menuju Ngabang. Setelah kami sampai di Ngabang, kami mencari hotel untuk menginap, seperti yang sudah kami rencanakan sebelumnya, kami mencari hotel yang bernama Hotel Hong Long. Hotel yang memiliki fasilitas lumayan dengan harga yang cukup terjangkau.
Setelah tiba di hotel, kami pun beristirahat karena badan cukup letih menempuh perjalanan Pontianak-Ngabang yang berdurasi kurang lebih 4 jam.
Malam pun tiba, kami menikmati suasana malam hari di Ngabang, kami berkunjung ke rumah keluarga saya, kemudian menikmati kuliner Kota Ngabang, berfoto di Taman Kota Intan, dan destinasi terakhir malam itu adalah Kopi Tiam Hoki yang katanya adalah tempat paling gaul di Ngabang.
Keesokan harinya kami pun berangkat menuju Riam Dait, sebelum berangkat kami sarapan bakmie di pasar dan mengisi bahan bakar untuk kendaraan kami.
Jalan yang kami lewati awalnya mulus, semakin lama semakin banyak lubang, becek, aspal yang sudah jelek, bahkan jembatan yang sedikit berlubang.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 90 menit, kami menemui persimpangan yang menunjukkan kalau itu adalah jalan masuk menuju Riam Dait.
Kami pun masuk ke jalan tersebut. Jalan kali ini berbeda, kalau sebelumnya kami melewati jalan aspal, kali ini kami melewati jalan tanah yang tidak sedikit ditemui bagian yang berdebu bahkan berlumpur.
Setelah melewati beberapa tanjakkan dan beberapa turunan, serta titian yang tidak kalah seramnya, akhirnya kami sampai di lokasi yang kami cari yaitu Riam Dait.
Setelah berada kurang lebih 1 jam di Riam Dait, kami pun kembali menuju Ngabang dikarenakan takut terjebak hujan. Maklum, kalau hujan, jalan akan semakin berlumpur dan kami akan tertahan di sana.
Demikian sedikit pengalaman yang dapat kami bagikan, semoga dalam waktu dekat ada lagi tempat yang bagus yang bisa kami tuju.
Rabu, 22 Juni 2016 kami pun berangkat ke Ngabang. Tempat yang akan kami tuju tersebut bernama Riat Dait yang memakan waktu kurang lebih 3 jam dari Kota Ngabang.
Rabu pagi kami berangkat dari Pontianak menuju Ngabang. Setelah kami sampai di Ngabang, kami mencari hotel untuk menginap, seperti yang sudah kami rencanakan sebelumnya, kami mencari hotel yang bernama Hotel Hong Long. Hotel yang memiliki fasilitas lumayan dengan harga yang cukup terjangkau.
Setelah tiba di hotel, kami pun beristirahat karena badan cukup letih menempuh perjalanan Pontianak-Ngabang yang berdurasi kurang lebih 4 jam.
Malam pun tiba, kami menikmati suasana malam hari di Ngabang, kami berkunjung ke rumah keluarga saya, kemudian menikmati kuliner Kota Ngabang, berfoto di Taman Kota Intan, dan destinasi terakhir malam itu adalah Kopi Tiam Hoki yang katanya adalah tempat paling gaul di Ngabang.
3 pemuda tampan di Taman Kota Intan |
Keesokan harinya kami pun berangkat menuju Riam Dait, sebelum berangkat kami sarapan bakmie di pasar dan mengisi bahan bakar untuk kendaraan kami.
Jalan yang kami lewati awalnya mulus, semakin lama semakin banyak lubang, becek, aspal yang sudah jelek, bahkan jembatan yang sedikit berlubang.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 90 menit, kami menemui persimpangan yang menunjukkan kalau itu adalah jalan masuk menuju Riam Dait.
Kami pun masuk ke jalan tersebut. Jalan kali ini berbeda, kalau sebelumnya kami melewati jalan aspal, kali ini kami melewati jalan tanah yang tidak sedikit ditemui bagian yang berdebu bahkan berlumpur.
Setelah melewati beberapa tanjakkan dan beberapa turunan, serta titian yang tidak kalah seramnya, akhirnya kami sampai di lokasi yang kami cari yaitu Riam Dait.
3 pria tampan sudah tiba di Riam Dait |
Riam Dait tampak dari sebelah kiri |
Riam Dait tampak dari sebelah kanan |
Riam Dait tampak dari depan |
Demikian sedikit pengalaman yang dapat kami bagikan, semoga dalam waktu dekat ada lagi tempat yang bagus yang bisa kami tuju.
Senin, 27 Juni 2016
Meniti Tepian Dosa
Hanya di sini, duduk, diam, mengutuk diri
Dihantui rasa bersalah, dicambuk rasa malu
Bercerita tak ada yg mendengar
Mengeluh tak ada yg menjawab
Memaki tak ada yg meredam
Berharap jiwa bisa diselimuti sedikit rasa aman
Namun kepala seperti dikuras rasa yg tak menentu
Entah ini apa namanya
Ingin berjalan sendiri dengan mata terpejam di tepian jurang dosa
Atau sejenak membasahi mata di pelukan ibu
Dihantui rasa bersalah, dicambuk rasa malu
Bercerita tak ada yg mendengar
Mengeluh tak ada yg menjawab
Memaki tak ada yg meredam
Berharap jiwa bisa diselimuti sedikit rasa aman
Namun kepala seperti dikuras rasa yg tak menentu
Entah ini apa namanya
Ingin berjalan sendiri dengan mata terpejam di tepian jurang dosa
Atau sejenak membasahi mata di pelukan ibu
Kamis, 19 Mei 2016
Malam
Malam, kau datang lagi tanpa permisi
Kiranya kau bisa sejenak mengetuk waktuku
Hampir setiap hari kita berpapasan
Aku tak pernah bosan
Kau selalu membuatku kagum
Sejenak aku ingin bercerita padamu
Namun kau buru-buru menjemput matahari
Baiklah, esok kita jumpa lagi
Kamis, 19 Mei 2016
22:29
Kiranya kau bisa sejenak mengetuk waktuku
Hampir setiap hari kita berpapasan
Aku tak pernah bosan
Kau selalu membuatku kagum
Sejenak aku ingin bercerita padamu
Namun kau buru-buru menjemput matahari
Baiklah, esok kita jumpa lagi
Kamis, 19 Mei 2016
22:29
Sabtu, 14 Mei 2016
Kepada Hawa
Kepada langit...
Selimut malam ini...
Menari angin...
Genitnya bintang...
Malam, kau sudah datang...
Kapan kita menari wahai hawa?
Dipayungi cahaya bulan, bersandalkan kerikil....
Kau berjanji mau menggenggam telunjukku, mengelus pipiku, dan berkaca di bola mataku.
Aku tunggu, jangan lewat 12 malam.
Esok datang, aku ulangi harapan ini!!!
14 Mei 2016
17:50
Selimut malam ini...
Menari angin...
Genitnya bintang...
Malam, kau sudah datang...
Kapan kita menari wahai hawa?
Dipayungi cahaya bulan, bersandalkan kerikil....
Kau berjanji mau menggenggam telunjukku, mengelus pipiku, dan berkaca di bola mataku.
Aku tunggu, jangan lewat 12 malam.
Esok datang, aku ulangi harapan ini!!!
14 Mei 2016
17:50
Langganan:
Postingan (Atom)